Selasa, 08 Februari 2011

Terumbu Karang Rusak karena Manusia

Kegiatan manusia berpengaruh besar terhadap terjadinya kerusakan terumbu karang. Hasil studi menunjukkan sekitar 58% terumbu karang di dunia rusak akibat aktivitas manusia. "Kerusakan terumbu karang dapat disebabkan aktivitas langsung manusia atau disebabkan proses alam itu sendiri. Namun, studi menunjukkan sebagian besar kasus disebabkan kegiatan manusia," ujar Muhammad Ilyas dalam Seminar Kelautan III di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Beberapa kasus disebabkan terjadinya sedimentasi akibat kerusakan hutan dan berlangsungnya pembangunan di wilayah pesisir. Selain itu, akibat eksploitasi yang berlebihan serta sistem penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan kimia.

"Sekitar 1997-1998, terumbu karang mulai mengalami pemutihan dan kematian akibat perubahan laut dan kondisi iklim," ujarnya.

Bagi negara berkembang di wilayah tropis, kata Ilyas, terumbu karang merupakan pendukung utama industri perikanan pantai. Sementara bagi industri pariwisata bahari, terumbu karang dapat menghasilkan devisa secara langsung dengan nilai cukup besar.

Sebagai contoh, katanya, pemanfaatan terumbu karang di Florida mampu menghasilkan US$ 1,6miliar per tahun. Sedangkan di Queensland dan Greet Bariier Reef (Australia), pemanfaatan itu mampu menghasilkan devisa negara sebesar US$ 1,5 miliar per tahun.

Dari sisi aspek lingkungan, kata Ilyas, terumbu karang berfungsi sebagai pelindung terhadap proses erosi pantai akibat gelombang. Selain itu, sebagai pelindung pantai karang dan habitat pantai lainnya seperti rumput laut.

Untuk itu, ia mengusulkan merehabilitasi lingkungan melalui terumbu buatan. Yaitu, terumbu dibuat dengan cara menempatkan substrate (permukaan) buatan, dari bahan keras dan kasar, di dasar laut untuk meningkatkan jumlah produktivitas melalui penyediaan habitat baru bagi organisme laut. Lea/V-1
Reply With Quote

Tidak ada komentar:

Posting Komentar